TOKOH
YANG SUKSES KARENA BERWIRAUSAHA
v Bob Sadino 
Bob
Sadino (Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang
pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia
adalah pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak
kesempatan, ia sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana
pendek yang menjadi ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang
hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang
tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta
kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup
mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia.
Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih
9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di
Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya,
Soelami Soejoed. Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia
membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual
untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain
tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob
memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk
bekerja secara mandiri. Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari
perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang
menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang
mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya,
Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia
pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya. Suatu hari,
temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya.
Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob
memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa
berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa. Sebagai peternak ayam, Bob
dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu
setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang
asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di
kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing. Tidak
jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun
mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun
terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama
kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar
swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek
dan celana pendek. Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke
agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk
konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan
para petani di beberapa daerah. Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu
diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang
dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor
satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap peluang. Di
saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu
baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang
telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat
rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,”
kata Bob. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia
langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai
bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai
dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional. Menurut Bob,
banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih,
arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob
selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar.
Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena
itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya. Bob menempatkan
perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus
saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa
dengan pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan
Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja
mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA
Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19. Modal yang ia bawa dari
Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang
tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih
terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri
sopirnya. Suatu kali, mobil itu disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali,
tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya. ”Hati saya ikut hancur,”
kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan.
Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai
sekretaris di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras,
”Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari nafkah.” Untuk menenangkan
pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono
Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem
Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food,
pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah ”warung” shaslik di Blok M,
Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan
perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging
olahan, dan 100 ton sayuran segar. ”Saya hidup dari fantasi,” kata Bob
menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu
hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun
tidak ada orang jual kangkung dengan harga segitu,” kata Bob. Om Bob, panggilan
akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya,
bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak
ingin berkhayal yang macam-macam. Haji yang berpenampilan nyentrik ini,
penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling indah baginya,
ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Profil dan Biodata
Bob Sadino
Nama : Bob Sadino
Lahir : Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama : Islam
Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP, Jakarta (1950)
-SMA, Jakarta (1953)
Karir :
-Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)
Alamat Rumah: Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan Telp: 793981
v Tri Sumono-Tukang Sapu Yang Menjadi Miliuner
Roda
itu berputar, terkadang diatas dan terkadang dibawah. Begitulah kehidupan ini.
Kiasan ini pas sekali untuk menggambarkan apa yang telah dialami Pak Tri dan
keluarganya. Tri Sumono adalah seorang pengusaha yang memiliki berbagai usaha
yaitu peternakan, perkebunan jahe, pertanian padi dan masih banyak lagi. Memang
usaha Pak Tri belumlah sebesar Yusuf Kalla atau Aburizak Bakrie namun patut
diacungi jempol. Melalui CV 3 Jaya miliknya, ia bermetamorfosa dari seorang
tukang sapu menjadi seorang pengusaha yang terbilang cukup sukses.
Tri
Sumono dilahirkan di Gunung Kidul tanggal 7 Mei 1973. Ia hanyalah seorang
lulusan SMA. Tri Sumono lalu hijrah ke Jakarta dengan harapan dapat memperoleh
pekerjaan dan penghidupan yang layak. Dengan berbekal ijazah SMA dan beberapa
kaos di tas ia mencari pekerjaan di Jakarta. Ia sadar bahwa lulusan SMA tak
mungkin bisa bekerja di kantoran.
Sesampainya
di Jakarta ia menerima pekerjaan apapun agar bisa membeli makanan. Ia menjadi kuli
bangunan di Ciledug-Jakarta Selatan. Hanya beberapa bulan saja ia bisa bertahan
sebagai buruh kasar. Kemudian ia mendapat tawaran bekerja sebagai tukang sapu
di sebuah kantor di Palmerah – Jakarta Barat.
Sebagai
tukang sapu tentu lebih ringan dari pada sebagai kuli bangunan. Karena
kerajinannya dalam bekerja, ia kemudian diangkat menjadi office boy. Tri Sumono
termasuk orang yang gemar bersyukur sehingga nikmatnya selalu ditambah oleh
yang Maha Kuasa.
Tak
perlu menunggu waktu lama, Tri Sumono kemudian diangkat menjadi tenaga pemasar
hingga menjadi penanggungjawab di gudang. Ia juga seorang yang ulet. Ketika
hari libur, ia mencari penghasilan tambahan dengan menjual aksesoris seperti
jepit rambut dan kalung di Stadion Gelora Bung Karno. Pak Tri melakukan ini
selama 4 tahun dengan bermodal uang 100 ribu rupiah.
Memutuskan
Menjadi Pengusaha
Saat
berjualan tersebut ia berfikir bahwa ternyata hasil dari berdagang jauh lebih
menjanjikan dari pada jadi karyawan yang gajinya sedikit dan sulit naiknya.
Akhirnya ia mengambil keputusan keluar dari pekerjaannya dan memilih fokus
berjualan aksesoris.
Bisnis
aksesorisnya lama-kelamaan menjadi besar sampai ia bisa memiliki stand di Mall
Graha Cijantung. Karena keuletannya ini ia juga bisa menabung uang dan membeli rumah
di Perumahan Pondok Ungu. Di rumah ia juga membuka toko sembako. Saat itu
perumahannya masih sangat sepi sehingga tokonya belum ramai pembeli. Tri Sumono
tak kehilangan akal. Disebelah rumahnya masih ada tanah kosong, ia gunakan
tanah tersebut untuk membuat kos-kosan yang harga sewanya miring.
Kos-kosan
yang berjumlah 10 buah itu disewa oleh pedagang keliling seperti pedagang bakso
dann gorengan. Sasarannya pun tepat, toko sembako miliknya kecipratan rejeki
dan menjadi ramai pembeli karena harganya yang miring akhirnya toko tersebut
dibuat kulakan oleh pedagang bakso dan gorengan.
Melihat
ada toko sembako yang ramai, warga diluar komplek pun juga ikut berdatangan
membeli di tokonya Pak Tri.
Melebarkan
Sayap
Tri
Sumono terus mengembangkan impiannya, ia tak mau berhenti di satu lini usaha
saja, pemikrannya adalah dengan memiliki banyak usaha maka jauh lebih baik dan
lebih stabil pemasukannya dibanding sedikit usaha.
Ia
kemudian menangkap peluang membuat nata de coco. Dari info yang diperolehnya, nata
de coco adalah sari kelapa yang difermentasikan dengan bantuan bakteri
Acetobacter xylium. Ia kemudian membeli bakteri ini di LIPI Bogor. Kemudian
hasil produksinya itu dipasarkan ke beberapa perusahaan minuman kemasan di
JaBoDeTaBek.
Awalnya
banyak yang membeli nata de coco darinya namun lama kelamaan orderan menjadi
sepi karena ternyata kualitas sari kelapanya menurun, bahkan ia akhirnya
menghentikan proses produksinya.
Ia
memutar otak untuk mencari tahu cara membuat sari kelapa atau nata de coco yang
baik. Ia pun nekad menemui salah satu dosen IPB dan mengatakan kalau ia ingin
belajar membuat nata de coco yang baik, ia juga menyatakan bersedia membayar
berapapun demi memperoleh ilmu itu.
Mulanya
si dosen memandang sebelah mata mungkin dalam hatinya berkata tak mungkin orang
seperti Tri Sumono yang hanya lulusan SMA bisa mencerna keterangan darinya.
Namun Pak Tri tetap bersih keras ingin belajar darinya dan Pak Tri pun menang.
Dosen itu mempersilahkan Pak Tri untuk belajar dua bulan membuat nata de coco
yang berkualitas. Setelah ilmunya dirasa cukup, Pak Tri pun mulai memproduksi
lagi dan menawarkan nata de coco hasil produksinya ke beberapa perusahaan.
Hasilnya
sangat memuaskan. Banyak perusahaan minuman yang membeli sari kelapa darinya.
Ia langsung memproduksi 10.000 nampan sekaligus dengan nilai 70 juta rupiah.
Saat ini kondisinya terbalik, banyak perusahaan yang antri membeli sari kelapa
dari Tri Sumarmo.
Dalam
satu bulan, omset usahanya bisa mencapai 500 juta sampai satu miliar.
Benar-benar keajaiban itu ada. Seorang tukang sapu lulusan SMA telah menjelma
menjadi miliarder jika memiliki impian dan terus berusaha mengejar impian itu.
Usaha Tri terus berdiversivikasi ke perkebunan jahe dan pertanian padi serta
jual beli properti.
Sekali
lagi pepatah yang menagtakan “Sukses itu hak setiap orang” telah terbukti di
hidup Tri Sumono, pemilik CV 3 Jaya
v
Yasa Paramita Singgih
Yasa Paramita Singgih lahir di Bekasi 23 April 1995. Dia adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara, Prajna, Viriya dan Yasa sendiri. Ayanya bernama Marga Singgih dan ibunya bernama Wanty Sumarta. Pendidikan dasarnya ia sepesaikan di SD Ananda dan SD Surya Dharma, lalu melanjutkan di sekolah menengah dan akhir di SMA Regina Pacis Jakarta.
Saat Yasa duduk di bangku 3 SMP, ayahnya menderita sakit jantung. Penghasilan sang ayah saat itu digunakan untuk membiayai sekolah anak-anaknya daripada membiayai pengobatan sakit sang ayah. Melihat keadaan tersebut hatinya terketuk untuk mencari penghasilan sendiri untuk membantu orang tua. Ia pun mulai menjadi pembawa acara guna mencari uang jajan sendiri. Usaha pertamanya adalah melamar sebagai Master of Ceremony, bekerja sebagai pembawa acara di sebuah pusat perbelanjaan. Dalam seminggu ia menerima uang Rp.350.000 setiap kali tampil sehari.
Selepas masuk SMA Regina Pacis, Jakarta, barulah dimulai usahanya sendiri untuk mencari uang. Selepas kontrak sebagai pembawa acara selesai, ia mulai berbisnis lampu hias warna- warni selama enam bulan. Sebuah buku berjudul "the Power of Kepepet" karya Jaya Setiabudi, membuatnya terbakar berbisnis mandiri. Kala itu Yasa langsung menghubungi temanya yang memiliki usahan konveksi (milik ayahnya).
Ia mulai mencoba membuat desain gambar untuk kaos, setelah jadi cuma beberapa yang kejual, akhirnya ia mencoba pergi ke Tanah Abang, membeli selusin pakaian kaos hingga menghabiskan 4 juta. Bisnis inipun ia tinggalkan dengan tanpa untung.
Selanjutnya ia mulai menata strategi bisnisnya yang ia rancang dengan matang.
Mulai serius berbisnis
Dia membuka bisnis minuman yang diberi nama "Ini Teh Kopi" di tahun 2012, sebuah usaha kedai menjual minuman kopi duren di kawasan Kebun Jeruk. Usahanya tersebut bisa dibilang sukses besar ditambah dengan namanya yang dikenal. Tak lama kemudian, sekitar enam bulan kemudian ia sudah membuka cabang baru tepatnya di Mall Ambassador Jakarta Selatan.
Namun ternyata bisnis baru yang ia kelola tersebut mengalami kebangkrutan yang membuatnya malah menderita kerugian.
Pada tahun 2013 ia memutuskan untuk menutup kafenya, dan bahkan bisnis kaosnya pun juga turut dihentikan. Menurutnya, jika dihitung kerugian yang ia derita mencapai 100 juta dari kegagalan yang ia alami.
Men’s Republic
Setelah UN usai, ia kembali lagi terjun ke dunia bisnis, kali ini dengan sebuah konsep yang jelas dengan dilengkapi bisnis plan yang tersusun rapi.
Dia kembali mengibarkan bendera Men’s Republic yang menjual perlengkapan mode khusus pria. Pada awalnya, Yasa Singgih hanya menjual sepatu kasual untuk pria. Namun semakin besar usahanya membuat brand yang ia kelola semakin menawarkan produk yang beragam. Saat ini Men’s Republic menjual produk celana dalam, jaket dan juga sandal untuk pria.
Kini, produk Men's Republic telah menjual 500 buah pasang sepatu per- bulan. Tanpa ada pabrik Yasa mampu menghasilkan omzet ratusan juta rupiah. Dari usaha tersebut ia mampu mendapatkan laba bersih 40% . Tak puas pada produknya sekarang, masih ada pemikiran dibenaknya untuk menjual produk ikat pinggang, dan celana. Yang paling pasti adalah ia akan terus mematangkan konsep bisnis sambil berjalan.
Yasa juga sering dipanggil mengisi seminar atau memberikan training. Melalui Twitter, ia rajin menyemangati para pengusaha muda agar selalu semangat. Prinsipnya satu yaitu "Never too Young to Become Billionaire" atau tidak ada kata terlalu muda untuk menjadi seorang miliarder.
"Men's Republic" adalah bisnis ketiganya yang berfokus pada penjualan secara online. Dia menjual produk yang dikhususkan untuk pria. Dia menjual baik produk miliknya sendiri atau produk milik orang lain. Ia juga berencana membangun "Bilionary Versity, yaitu sekolah bisnis non- formal untuk para pengusaha muda.
Yasa telah mendapatkan berbagai macam penghargaan dan telah diliput oleh berbagai macam majalah, radio & stasiun TV. Ia juga telah diundang oleh banyak komunitas dan universitas untuk memberikan sharing seputar bisnis, inspirasi dan pengembangan diri.
Sampai dengan sekarang ia masih sering kali gagal, gagal dan gagal dalam setiap hal yang ia lakukan, karena Yasa percaya bahwa gagal = belajar. Bahkan ia telah menghabiskan uang puluhan juta rupiah untuk mengikuti seminar, training dan workshop pengambangan diri dan bisnis. When you stop learning, you stop growing.
Penghargaan:
- Narasumber Asia Pacific Youthpreneur 2014
- Tokoh Muda Inspiratif versi Metro TV
- 10 Pengusaha Muda Sukses versi YukBisnis.com
- 7 Pengusaha Muda Berprestasi versi Kaskus.co.id
- 5 Entrepreneur Muda Tergila versi Lintas.Me
- 5 Wirausaha Muda Sukses versi SenengMedia.com
TOKOH
YANG SUKSES KARENA BEKERJA
v
Dahlan Iskan Dahlan Iskan (lahir di Magetan,
Jawa Timur, 17 Agustus 1951; umur 61 tahun), adalah CEO surat kabar Jawa Pos
dan Jawa Pos Group, yang bermarkas di Surabaya. Ia juga adalah Direktur Utama
PLN sejak 23 Desember 2009. Pada tanggal 19 Oktober 2011, berkaitan dengan
reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan diangkat sebagai Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara menggantikan Mustafa Abubakar. Karier Karier
Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di
Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan
majalah Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos
hingga sekarang. Jawa Pos Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos
yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun
menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian
terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar
terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar, tabloid, dan majalah,
serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil
mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan
kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun
televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan
Riau TV di Pekanbaru. Fangbian Iskan Corporindo (FIC) Sejak awal 2009, Dahlan
adalah sebagai Komisaris PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC) yang akan memulai
pembangunan Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan tahun ini. SKKL
ini akan menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong, dengan panjang
serat optik 4.300 kilometer. Perusahaaan Listrik Negara (PLN) Sejak akhir 2009,
Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar yang
dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah
Jakarta. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya
bebas byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta
sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011.
Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di
Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan
Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan. Menteri Badan Usaha Milik
Negara (Menteri BUMN) Pada tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk
sebagai pengganti Menteri BUMN yang menderita sakit. Ia terisak dan terharu
begitu dirinya dipanggil menjadi menteri BUMN karena ia berat meninggalkan PLN
yang menurutnya sedang pada puncak semangat untuk melakukan reformasi PLN.
Dahlan melaksanakan beberapa program yang akan dijalankan dalam pengelolaan
BUMN. Program utama itu adalah restrukturisasi aset dan downsizing (penyusutan
jumlah) sejumlah badan usaha. Ihwal restrukturisasi masih menunggu persetujuan
Menteri Keuangan. Beberapa kinerjanya disorot. Dahlan gagal membawa lima
perusahaan BUMN untuk melepas saham perdana (initial public offering/IPO) di
lantai bursa. Adapun, berkat kepemimpinannya, BUMN dinilai bersih dari korupsi
oleh masyarakat juga merupakan kinerja dan keberhasilannya membangun BUMN.
Kehidupan pribadi Dahlan Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi
serba kekurangan. Orangtuanya tidak ingat tanggal berapa Dahlan dilahirkan.
Dahlan akhirnya memilih tanggal 17 Agustus dengan alasan mudah diingat karena
bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia. Dahlan Iskan
pernah menulis buku berjudul Ganti Hati pada tahun 2008. Buku ini berisi
tentang pengalaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi cangkok hati di Cina.
Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur
dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di
Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.
v Alim Markus, Dari Lampu Teplok, Jadi Raja Panci
Kisah Sukses Maspion
Sebagian besar ibu rumah tangga pasti
pernah memakai produk Maspion. Namun, tak banyak yang tahu bahwa nama besar
Maspion berawal dari pabrik lampu teplok yang dibesarkan protolan SMP di sebuah
rumah petak 4 x4.
Maspion
dan Alim Markus adalah dua nama yang tak terpisahkan. Orang
kini mengenal Maspion sebagai salah satu kelompok usaha besar asal Jawa Timur,
yang tak hanya berkutat di industri peralatan rumah tanga, namun juga menjamah
perbankan, real estat, hingga properti. Sedangkan Alim Markus adalah nahkoda
dibalik semua kisah sukses itu. Pria berperawakan sedang ini rela mengorbankan
pendidikan dan masa kecilnya saat mulai berkiprah di dunia bisnis.
Alim Markus dilahirkan 57 tahun lalu,
tepatnya 24 September 1951 di sebuah rumah petak seluas 4×4 meter persegi di
Jalan Kapasan Gang II nomor 22. Karena minimnya ukuran rumah, Alim Markus yang
kini memimpin grup usaha yang terdiri dari 53 perusahaan itu harus hidup
uyel-uyelan dengan ayah, ibu, dan ketiga adiknya.. “<"!--
more -- >Jika salah anggota keluarga buang air kecil, baunya langsung ke
mana-mana,” ujar Alim Markus sambil terkekeh saat ditemui di kantor Maspion
Kembang Jepun, Surabaya, pekan lalu.
Markus muda tak betah terus hidup susah.
Sebagai anak tertua di keluarga, Markus bertekad merubah nasibnya dengan bekerja
sekeras mungkin dan menjadi orang sukses. “Saya nekat berhenti sekolah sebelum lulus SMP,
saya ingin jadi pengusaha sukses dan kuat. Karena itu saya memilih
serius membantu orang tua bekerja dari jam lima pagi sampai tujuh malam,” tutur
pengusaha yang hingga kini menjabat ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia
(Apindo) Jatim itu.
Markus kemudian mengerahkan seluruh
upayanya membesarkan usaha UD Logam Djawa yang didirikan ayahnya Alim Husin
pada Oktober 1965, di daerah Pecindilan, Surabaya. UD Logam Djawa awalnya
memproduksi lampu teplok. Alim Husin ketika itu sanggup memproduksi 30lusin
lampu teplok perhari.
Saat Alim Markus terjun total membantu
bisnis sang ayah, dia masih berumur belia, 15 tahun. Ketika anak seusianya
memuaskan gairah anak muda, Alim Markus menjalani semua aktivitas buruh pabrik.
Mulai dari ngepel lantai sampai menangani pekerjaan staf administrasi, staf
keuangan, dan lain-lain. Markus juga sempat juga terlibat dalam pemasaran.
Dengan sepeda pancal dia berkeliling menjajakan barang ke toko-toko di daerah Pabean
dan Pasar Turi.
Setelah bekerja keras lima tahun lebih,
keluarga Markus mulai memetik hasil dan mulai mancapai sukses.
Minat masyarakat sekitar semakin bertambah, produk dari UD Logam Djawa makin
laris. Akhirnya pada 1972 didirikan Maspion yang berarti Mengajak Anda Selalu
Percaya Industri Olahan Nasional. Pada tahun itu juga, Markus memiliki mobil
pertamanya yakni Holden. Markus juga memboyong keluarganya dari rumah petak ke
rumah cukup besar di kawasan yang lebih elit yakni di Embong Tanjung No. 5,
yang dia tinggali sampai sekarang. Perusahaan pun dipindah ke daerah Gedangan,
Sidoarjo. Alim Husin, yang mulai yakin terhadap kemampuan anak-anaknya, secara
perlahan mulai menarik diri dari panggung. Dan sebagai putra tertua, Alim
Markus muda yang ditunjuk langsung sebagai presiden direktur, sedangkan Alim
Husin sebagai Chairman. Saudara kandung lainnya Alim Mulia Sastra, Alim Satria,
dan Alim Prakasa masing-masing didudukan sebagai direktur pengelola.
Kata
kolega
Sederhana tetapi berkarakter sehingga banyak orang yang segan dan menjadikannya panutan.”
Henry J. Gunawan, Presdir PT Surya Inti Permata Tbk
Alim tetap ulet bekerja keras dengan jujur walau dulu banyak pengusaha yang memakai dana BLBI.”
Erlangga Satriagung, Ketua Kadin Jatim
BIODATA
Nama: Alim Markus
Lahir: Surabaya, 24 September 1951
Jabatan:Presiden Direktur Grup Maspion
Orangtua:Ayah Alim Husin, Ibu Angkasa Rachmawati
Istri: Sriyanti
Anak:Enam Orang
Saudara kandung:Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa
Pendidikan: Kelas 3 SMP tidak selesai
Anak perusahaan : 53
Bidang Usaha : produk kebutuhan rumah tangga, konstruksi, material, dan industri, property, gedung perkantoran dan mal, dan jasa keuangan
Karyawan : 30.000 orang
Sederhana tetapi berkarakter sehingga banyak orang yang segan dan menjadikannya panutan.”
Henry J. Gunawan, Presdir PT Surya Inti Permata Tbk
Alim tetap ulet bekerja keras dengan jujur walau dulu banyak pengusaha yang memakai dana BLBI.”
Erlangga Satriagung, Ketua Kadin Jatim
BIODATA
Nama: Alim Markus
Lahir: Surabaya, 24 September 1951
Jabatan:Presiden Direktur Grup Maspion
Orangtua:Ayah Alim Husin, Ibu Angkasa Rachmawati
Istri: Sriyanti
Anak:Enam Orang
Saudara kandung:Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa
Pendidikan: Kelas 3 SMP tidak selesai
Anak perusahaan : 53
Bidang Usaha : produk kebutuhan rumah tangga, konstruksi, material, dan industri, property, gedung perkantoran dan mal, dan jasa keuangan
Karyawan : 30.000 orang
v
Bacharuddin
Jusuf Habibie
Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie
dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian berasal dari etnis Gorontalo dan memiliki keturunan Bugis, sedangkan ibunya beretnis Jawa. R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak
seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo
bertugas sebagai pemilik sekolah.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada
tanggal 12 Mei 1962, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie
dan Thareq Kemal Habibie.
Ia pernah berilmu di SMAK Dago. Ia belajar teknik mesin di Universitas Indonesia Bandung (Sekarang Institut Teknologi Bandung) tahun 1954. Pada 1955-1965
ia melanjutkan studi teknik penerbangan,
spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang
teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan
presiden Soeharto.
Ia
kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum
menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah
Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di
bawah Presiden Soeharto. Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI
(Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
KARAKTER YANG INGIN DI MILIKI
·
Gigih dan Ulet
·
Jujur
·
Kemauan untuk belajar dan mengembangkan diri
·
Siap menerima kegagalan
·
Selalu mencoba
·
Berani beda
·
Berfikir realistis
·
berani mencari dan menangkap peluang
·
Kreatif dan inovatif
·
Mampu membuat keputusan yang tepat
·
Pantang mengeluh
·
Berani menghadapi resiko
·
Memiliki kemampuan manajerial
KARAKTER YANG SUDAH DI MILIKI
·
Selalu mencari peluang
·
Memiliki rasa tanggung jawab
·
Memilki etos kerja (semangat)
·
Selalu mencoba
PERBANDINGAN KARAKETER
Perbandingan
|
Sukses
Karena Bekerja
|
Sukses
Karena Berwirausaha
|
Sikap
|
Mengajukan
ide-ide agar karakter kreativitasnya terasah, tegas, membuka diri untuk
hal-hal yang baru yang berhubungan dengan pekerjaan.
|
Disiplin,
berkomitmen tinggi, jujur, mandiri, bersifat rasional, dan memiiki pandangan
pada masa depan serta berani mencoba.
|
Percaya
diri
|
Memilki
keyakinan dan optimisme.
|
Memiliki
Keyakinan dan optimisme.
|
Pengambil
resiko
|
Berani
mengambil resiko untuk mewujudkan mimpinya
|
Memilki
kemampuan dalam mengambil resiko dan menyukai tantangan.
|
Kepemimpinan
|
Mampu
berinisiatif, bekerjasama dan membina
hubungan baik, membuka diri, tepat waktu dan tidak mengeluh.
|
Bersikap
sebagai seorang pemimpin, suka bergaul,menerima kritik dan saran yang
membangun serta memiliki rasa tanggung jawab.
|
Kepribadian
|
Pantang
mengeluh, pejuang, dan pekerja keras serta memiliki ambisi untuk sukses.
|
Berani
mencari dan menangkap peluang usaha
|
REFERENSI
Nazaruddinprambudi,didik. 2013. 5
wirausahawan sukses Indonesia. http://didiknazaruddinprambudi.blogspot.co.id/2013/04/5-wirausahawan-sukses-indonesia.html
di akses
25-9-2015 (14.40)